Thursday, August 16, 2012

Ma’af, Tolong, dan Terima Kasih


Tiga kata yang tak pernah usang. Kata-kata ringan yang kadang terasa berat untuk diucapkan, tiga kata itu pula yang mempermudah banyak urusan.
Maaf. Kata yang paling ringan namun paling berat untuk diucapkan karena memiliki makna yang sangat dalam. Dengan kata maaf akan membuat hati orang yang terluka menjadi sembuh. Kesalahan sekecil apapun yang kita perbuat kadang mampu membuat seorang sangat terluka, dan bisa jadi membuat hubungan silaturahim kita terganggu.
Dalam hubungan sehari-hari dengan teman / bermasyarakat (secara umum, bukan teman dekat yang sudah memahami kita sepenuhnya) sering sekali ada sikap dari salah seorang yang menimbulkan salah paham dan berujung pada “saling tidak menyapa” satu sama lain. Kuncinya adalah kata maaf. Jika kemudian seseorang dianggap bersalah oleh orang lain, namun dia tidak tahu/menyadari apa kesalahannya, sangatlah bijak jika orang itu meminta maaf. Karena permintaan maaf itu akan membuat orang yang menilai salah, merasa lega. Pun sebaliknya, orang yang merasa disalahi tak harus menuntut dimintai maaf. Memaafkan sebelum dimintai maaf jauh lebih baik.
Tidak perlu merasa gengsi untuk meminta maaf. Karena sekecil apapun amalan pasti ada buah manisnya. Dengan sikap lapang untuk meminta maaf dan memaafkan maka akan terbentuk budaya memaafkan yang memperkuat ukhuwah. Tapi ingat, dengan kata maaf bukan berarti kita berhak mengulang kesalahan yang sama dan tetap pada sikap sebelumnya. Dengan kata maaf itu seharusnya menjadi kunci perbaikan.
Tolong. Pasti kita tidak mungkin bisa melakukan/memenuhi kebutuhan kita sendiri, tentu membutuhkan orang lain. Satu kata ‘tolong’ di awal kalimat ketika kita membutuhkan bantuan orang lain akan membuat orang tersebut merasa senang hati membantu, tanpa merasa diperintah.
Terima kasih. Kata itu membuat orang yang usai membantu kita merasa dihargai. Sering sekali kita lupa mengucapkan terima kasih pada orang yang sudah membantu. Mungkin karena kita merasa bantuan/pemberiannya terlalu kecil. Padahal itu bias menyinggung orang tersebut. Sebagaimana yang seringkali kita lakukan kepada Allah, melupakan banyak nikmat yang telah dianugerahkan –Nya kepada kita. []
(tulisan ini dimuatkan di buletin HIKMAH (JIKA SETIAP TEMPAT ADALAH SEKOLAH MAKA SETIAP ORANG ADALAH GURU) tanggal 1 desember 2008 yang diterbitkan oleh BIDANG PERSMEDIA ROHIS MIPA UNSOED 2008.)

2 comments:

syauqiya said...

ukhtyyyyy maaf telat nge follow
tolong di cek di followers list
saya udah follow ^^

terima kasih
-ummuyusuf-

Dyah Sujiati said...

Iya mbak, tak apa, saya malah baru ngeh mbak komen di sini :E