Thursday, August 16, 2012

Pengorbanan atas nama cinta


10 Dzulhijjah memang diperingati sebagai hari raya ‘ldul Adha dan lebih keren disebut hari raya kurban. Tapi ngomong-ngomong, kenapa justru bayak orang yang merasa bahagia? Ya tentu saja. Lha wong yang dikorbankan itu hewannya. :p dan yang pasti, pengorbanan di hari raya ‘ldul Adha itu merupakan pengorbanan untuk Allah Yang Maha Esa.

Jangan salah sangka dulu. Bukanlah hewan yang dikorbankan itu yang untuk Allah. Tetapi, keikhlasan kita dalam berkorban itulah yang kita persembahkan untuk-Nya sebagai wujud keimanan.
Pengorbanan berarti sesuatu yang dilakukan/diberikan demi sesuatu yang lain. Tentu sangat luas makna pengorbanan ini dan dipakai dalam banyak atau yang lain.
Berbicara soal pengorbanan, terkadang kita enggan sekali untuk berkorban sedikit saja pada lingkungan sekitar. Misalnya, membetulkan pakaian orang yang dijemur di jalan yang jatuh. Atau misalnya kita yang punya kamar di depan dan jauh dari kamar mandi. Kita sering enggan berjalan sedikit untuk mematikan saluran air yang sudah penuh. Padahal banyak sekali kebaikan kecil-kecil di sekitar kita yang memang memerlukan sedikit pengorbanan. Terutama mengorbankan rasa malas.
Bahkan kita sendiri sering enggan berkorban untuk diri sendiri. Kita cenderung memperturutkan nafsu dan cenderung merasa berat melaksanakan hal-hal yang bermanfaat. Misalnya berinfaq. Dan perintah-perintah yang lain pun dalam pelaksanaannya memang memerlukan pengorbanan. Namun, pengorbanan itu tak lain tak bukan adalah untuk diri kita sendiri.
Jika kita mengingat pengorbanan orang lain untuk kita tentu kita punya banyak sekali hutang. Hutang kepada Rosulullah Saw. Atas pengorbanan yang telah beliau lakukan sehingga kita sekarang mengenal dan tahu apa, siapa, mengapa, dan bagaimana itu lslam. Juga pengorbanan para shahabat. Hutang pada ibu yang telah mengandung dan melahirkan kita. Hutang yang orang yang merawat, menjaga, dan mendidik kita. Termasuk di dalamnya ada ibu, ayah, kakek, nenek, kakak, guru, dan lain-lain.
Dan yang terakhuir ( yang di tulis di sini maksudnya ), pengorbanan atas nama cinta. Cieee. Cinta itu suci. Tapi sering ditunggangi oleh setan dan nafsu yang mengatasnamakan cinta. Sehingga mengotori sejatinya kata cinta. Lhoh? Kok jadi ngomongin cinta?
Kembali ke pengorbanan. Kita sekali melakukan pengorbanan atas nama cinta. Tapi justru mengorbankan cinta itu sendiri. Contohnya, kita rela berkorban waktu, uang, urusan yang lebih penting demi bermain game. Contoh-contoh lain tentu masih banyak. Dan paling sering kita berkorban untuk teman ”istimewa”. Berkorban waktu, tenaga, finansial, bahkan hati. Padahal sebenarnya kita telah mengorbankan diri sediri dan teman ”istimewa” itu. Karena kita telah melanggar apa yang diajarkan oleh Yang Maha Kuasa.
Pengorbanan atas nama cinta hanya pantas kita persembahkan untuk Allah SWT semata. Untuk membuktikan keimanan kita pada-Nya. Dia telah memberikan cinta, karunia, nikmat yang tak terhingga kepada kita. Lalu kenapa kita enggan berkorban untuk-Nya?
Miliki harta sejati dengan berinfaq.
Miliki cinta dengan memberikan perhatian
Miliki kesempatan dengan beramal
Miliki cita-cita dengan karya
Miliki kesuksesan dengan proses berkesinambungan
Miliki wakti dengan pengabdian
Miliki hati dengan berbagi
Miliki kepercayaan dengan keteladanan
Miliki keikhlasan dengan ketulusan
dan miliki kebahagiaan akhirat dengan amal dan ilmu
(tulisan ini dimuatkan di buletin HIKMAH (JIKA SETIAP TEMPAT ADALAH SEKOLAH MAKA SETIAP ORANG ADALAH GURU) tanggal 9 desember 2008 yang diterbitkan oleh BIDANG PERSMEDIA ROHIS MIPA UNSOED 2008.)

No comments: